Monday 13 April 2009

Omongane Wong Tuek .........


Kata-Kata Bijak

* Orang yang bercita-cita tinggi adalah orang yang menganggap teguran
keras baginya lebih lembut daripada sanjungan merdu seorang penjilatyang berlebih-lebihan.

* Jangan lihat siapa yang menyampaikan, tapi lihat apa yangdisampaikannya (Ali R.A.)

*“Haji itu bukan status, bukan yang sudah haji derajatnya lebih tinggi dibanding yang belum haji. Bagi si fakir yang tak mampu, sholat jumat pun pahalanya sama dengan naik haji”

*"Senyum biayanya lebih kecil dibanding dengan listrik, tapi dijamin lebih banyak cahayanya" (GusMus)

*"Urusan kita dalam kehidupan ini bukanlah untuk mendahului orang lain,
tetapi untuk melampaui diri kita sendiri,
untuk memecahkan rekor kita sendiri,
dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari ini"
(Stuart B. Johnson)

*“Ada rasa sepi yang menggigit hatimu ketika sendiri. Itu berarti engkau telah mengabaikan kehadiran Allah di hatimu. Apakah Allah masih berjarak dengan dirimu?”

* “Apakah kemarin dan hari ini anda sudah memohonkan ampunan orang lain? Mendoakan mereka? Jika belum segeralah, karena jika anda baik, orang lain buruk, anda juga terkena imbasnya”

*"Hal terbaik yang dapat Anda berikan kepada orang lainadalah kesempatan"

*"Orang yang tidak bisa memaafkan orang lain
sama saja dengan orang yang memutuskan jembatan yang harus dilaluinya,karena semua orang perlu dimaafkan. "(Thomas Fuller)

* Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai.
( Schopenhauer )

* Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah.
( Kahlil Gibran )

* Kita tidak minta untuk dikenali dan menjadi sesuatu,karena selagi kita menginginkannya, maka kita masihbelum lagi sempurna.

* Jadilah seperti lilin yang menerangi dunia, walau dirinya sendiri terbakar karenanya. Jadilah seperti jarum, selalu bekerja telanjang (padahal ialah yang membuat pakaian)
(Gusmus)

* Semua yang dimulai dengan rasa marah, akan berakhir dengan rasa malu

* Berulangkali, jutaan kali Takbir bergema dari bibirmu. Tapi nyatanya sebanyak itu pula kau anggap makhluk lebih besar dibanding Allah, siapa sebenarnya anda?

*"Ilmu adalah harta yang tak akan habis walaupun sering diberikan"


Jangan Lupa Komentar Ya ...

Baca Lebih Lengkap Disini......

belajar dari binatang yuuk!!!

Katak dan Induknya
Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langittiba-tiba gelap. "Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?"ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya. Sang ibu menyambutrangkulan itu dengan belaian lembut.

"Anakku," ucap sang induk kemudian. "Itu bukan pertanda kebinasaan kita.Justru, itu tanda baik." jelas induk katak sambil terus membelai. Dan anakkatak itu pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Tiba-tiba angin bertiup kencang.Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonanmeliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buatsi katak kecil. "Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu?" tanyasi anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.
"Anakku. Itu cuma angin," ucap sang induk tak terpengaruh keadaan. "Itu jugapertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!" tambahnya begitu menenangkan.Dan anak katak itu pun mulai tenang. Ia mulai menikmati tiupan angin kencangyang tampak menakutkan.

"Blarrr!!!" suara petir menyambar-nyambar. Kilatan cahaya putih pun kianmenjadikan suasana begitu menakutkan. Kali ini, si anak katak tak lagi bisabilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuhinduknya. Tapi juga gemetar. "Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!" ucapnyasambil terus memejamkan mata.

"Sabar, anakku!" ucapnya sambil terus membelai. "Itu cuma petir. Itu tandaketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah. Pandangitanda-tanda yang tampak menakutkan itu. Bersyukurlah, karena hujan tak lamalagi datang," ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya. Ia mencoba mendongak,memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaranpetir yang begitu menyilaukan.
Tiba-tiba, ia berteriak kencang, "Ibu, hujandatang. Hujan datang! Horeeee!"**
Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidakdatang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar olehdayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan.Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yangbertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulahsebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangansembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, insyaAllah, akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersamakesukaran ada kemudahan.


Katak Kecil
Cerita tentang katak kecil Pelajaran hidup Pada suatu hari ada segerombol katak-katak kecil, … yang menggelar lomba lari Tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang sangat tinggi . Penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk menyaksikan perlombaan dan memberi semangat kepada para peserta… Perlombaan dimulai… Secara jujur:………… Tak satupun penonton benar2 percaya bahwa katak2 kecil akan bisa mencapai puncak menara. Terdengar suara: “Oh, jalannya terlalu sulitttt!!

Mereka TIDAK AKAN PERNAH sampai ke puncak.” atau: “Tidak ada kesempatan untuk berhasil…Menaranya terlalu tinggi…!! Katak2 kecil mulai berjatuhan. Satu persatu… … Kecuali mereka yang tetap semangat menaiki menara perlahan- lahan semakin tinggi…dan semakin tinggi.. Penonton terus bersorak “Terlalu sulit!!! Tak seorangpun akan berhasil!” Lebih banyak lagi katak kecil lelah dan menyerah… …Tapi ada SATU yang melanjutkan hingga semakin tinggi dan tinggi… Dia tak akan menyerah! Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara. Kecuali satu katak kecil yang telah berusaha keras menjadi satu-satunya yang berhasil mencapai puncak! SEMUA katak kecil yang lain ingin tahu bagaimana katak ini bisa melakukannya? Seorang peserta bertanya bagaimana cara katak yang berhasil menemukan kekuatan untuk mencapai tujuan? Ternyata… Katak yang menjadi pemenang itu TULI!!!! Kata bijak dari cerita ini adalah:……… Jangan pernah mendengar orang lain yang mempunyai kecenderungan negatif ataupun pesimis… …karena mereka mengambil sebagian besar mimpimu dan menjauhkannya darimu. Selalu pikirkan kata2 bertuah yang ada. Karena segala sesuatu yang kau dengar dan kau baca bisa mempengaruhi perilakumu! Karena itu: Tetaplah selalu…. POSITIVE! Dan yang terpenting: Berlakulah TULI jika orang berkata kepadamu bahwa KAMU tidak bisa menggapai cita-citamu! Selalu berpikirlah: I can do this! Teman yang baik adalah teman yang bisa saling memberi motivasi satu sama lain.

Jangan Lupa Komentar Ya ...

Baca Lebih Lengkap Disini......

Benarkah Al-Qur'an Tidak Urut ???

Ratusan Bakal Caleg Ikuti Tes Baca Al Quran

Orang-orang Kristen sering bertanya kepada umat Islam dalam berbagai kesempatan,baik orang per orang, dalam diskusi terbuka, di Internet maupun dalam buku-buku yang menghujat Islam.

Dalam diskusi kami di Arimatea Pusat di Bambu Apus dengan orang-orangsekolah Theologi Kristen, mereka bertanya mengapa al-Qur'an susunannya tidak beraturan, atau dalam bentuk pertanyaan lain yang lebih halus :

Kami ingin mengetahui, berdasarkan apakah al-Qur'an disusun? karena

kalau kami amati, surat pertama dalam al-Qur'an adalah surat al-fatihah

yang termasuk surat pendek, kemudian disusul surat al-Baqarah yang

cukup panjang, tetapi surat terakhir justru surat yang masuk dalam

katagori surat yang sangat pendek. Jadi menurut pendapat kami al-Qur'an

tidaklah disusun berdasarkan panjang pendeknya surat, dan menurut

pengamatan kami, al-Qur'an tidak pula disusun berdasarkan urutan

turunnya surat, karena surat al-Fatihah bukanlah surat yang pertama

kali turun tetapi ditempatkan pada urutan pertama, dan surat yang

pertama kali turun justru ditempatkan pada akhir-akhir al-Qur'an. Mohon

dijelaskan atas dasar apakah penyusunan al-Qur'an itu ?

Pertanyaan seperti itu memang sangat wajar dilontarkan oleh orang-orangKristen, karena memang kitab mereka disusun berurutan sama persisdengan kitab sejarah yang disusun berdasarkan urutan waktu.

Kalau kita tengok kitab orang Kristen, pasal pertama adalah tentangsilsilah Yesus, kemudian disusul tentang kelahiran Yesus, kemudianpembaptisan Yesus, dakwah Yesus, pengejaran Yesus dan akhirnya tentangterangkatnya Yesus ke langit, hampir sama dengan kitab otobiographiorang- orang terkenal yang disusun sejak lahirnya hingga masa tuanya(matinya) .

Tetapi tidak sama dengan al-Qur'an, karena al-Qur'an bukanlah kitabsejarah, al-Qur'an adalah kitab petunjuk hidup, al-Qur'an adalah kitabyang berisi hukum-hukum, pelajaran-pelajaran dan lain sebagainya.

Marilah kita kaji rahasia dibalik susunan ayat-ayat al-Qur'an yang menurut orang-orang Orientalis dan Kristen tidak beraturan.

SUSUNANNYA DARI ALLAH SWT

Bahwa susunan ayat-ayat dan surat-surat dalam al-Qur'an seperti yangsekarang ini ada adalah susunan yang dibuat oleh nabi Muhammad saw yangmendapat mandat dan pengawasan dari Allah SWT melalui malaikat Jibril.Bukan atas kesepakatan para sahabat atau umat Islam.

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. QS.75:17

Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. QS. 75:18

Bila Malaikat jibril membacakan wahyu dari Allah SWT maka nabi Muhammaddiperintah mendengarkannya dan bila Malaikat Jibril telah selesaimembacakanny a maka nabi Muhammad saw diperintah untuk mengikuti bacaansesuai yang dibacakan malaikat Jibril .

Malaikat Jibril setiap tahun pada bulan Ramadhan datang menemui nabi untuk menjaga bacaan dan susunan al-Qur'an :

Fatimah berkata :"Nabi Muhammad memberitahukan kepadaku secara

rahasia, Malaikat Jibril hadir membacakan al-Qur'an padaku dan saya

membacakannya sekali setahun, hanya tahun ini ia membacakan seluruh isi

kandungan al-Qur'an selama dua kali. Saya tidak berpikir lain kecuali,

rasanya, masa kematian sudah semakin dekat. HR. Bukhari bab Fada'il al-Qur'an

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa nabi Muhammad saw berjumpa dengan

malaikat Jibril setiap malam selama bulan Ramadhan hingga akhir bulan,

masing-masing membaca al-Qur'an silih berganti. HR. Bukhari bab shaum

Hadith - hadith diatas dan beberapa hadith yang lainnya memberikangambaran bahwa sistem bacaan antara nabi Muhammad saw dengan malaikat Jibril adalah menggunakan sistem Mu'arada yaitu malaikat Jibril membaca satu kali dan nabi Muhammad saw mendengarkannya begitu pula sebaliknya.

Dengan sistem tersebut yang secara periodik dilakukan setiap bulan Ramadhan, memberikan jaminan bahwa susunan al-Qur'an yang sampai kepadaumat Islam di seluruh dunia hingga saat ini adalah susunan yang sesuaidengan susunan yang Allah SWT kehendaki.

SUSUNANNYA UNIK, ITULAH KETERATURANNYA.

Kata orang-orang Orientalis dan orang-orang Kristen, al-Qur'an susunannya tidak beraturan, tidak berdasarkan urutan waktu turunnya,tidak berdasarkan panjang pendeknya surat, tidak berdasarkan tempatturunnya dan tidak pula berdasarkan pokok bahasan. Semua anggapan itubenar adanya, memang tidak atas dasar itu semua, susunan al-Qur?an atasdasar apa yang tahu hanya yang membuat al-Qur'an yaitu Allah SWT.

Namun, susunan yang dikatakan tidak beraturan tersebut, bagi yangmengkaji al-Qur'an justru akan menjumpai kemudahan-kemudahan menjadikanal- Qur'an sebagai tuntunan hidup, coba saja simak dengan hati yangjujur, ustadz-ustadz yang berdakwa jarang sekali yang membawaal-Qur'an, mereka dengan mudahnya menunjukkan ayat-ayat yang sesuaidengan pokok bahasan. Bila ada orang yang bertanya tentang sebuahmasalah, seorang ustadz de-ngan mudahnya menunjukkan dalilnya darial-Qur'an, inilah rahasia susunan al-Qur'an yang dibilang olehorang-orang mereka tidak beraturan.

Satu lagi mukjizat dari al-Qur'an yang dibilang tidak beraturantersebut, berjuta-juta manusia dengan mudahnya menghafal al-Qur'an,baik tua, muda, laki-laki, perempuan, anak-anak, orang Arab ataupunorang Indonesia, bahkan orang China sekalipun yang mempunyai strukturbahasa sangat berbeda dengan bahasa Arab, bukankah ini mukjizatal-Qur'an yang menurut penilaian manusia tidak beraturan, bukankah yangtidak beraturan akan sulit dihafal ?, tetapi al-Qur'an mudah sekalidihafal, itu artinya al-Qur'an sangat beraturan susunannya, hanyamanusialah yang tidak mempunyai ilmu mengetahui keteraturan al-Qur'an.

Tetapi pertanyaan bisa kita kembalikan kepada orang-orang Orientalis dan orang-orang Kristen, mengapa tidak seorangpun dari mereka yanghafal kitab mereka yang mereka aku-aku disusun secara beraturan ?

Tentu setiap orang bila tanya mana yang lebih mudah dihafalkan, apakah kalimat yang disusun secara beraturan atau kalimat yang disusun acak tidak beraturan, tentu setiap orang akan menjawab tentu akan mudahmeng-hafal kalimat yang disusun beraturan, kalau memang jawabannya demikian berarti al-Qur'an telah disusun dengan beraturan, terbuktial-Qur'an telah dihafal oleh jutaan manusia dari dulu hingga sekarang,dari Arab sampai ke China. Tetapi kita tidak mendapati seorangpun yanghafal Bible dari dulu hingga sekarang dari Israel hingga Indonesia.

Satu lagi bukti, bahwa keunikan al-Qur'an adalah sebuah mukjizat,apakah ada orang yang berhasil memalsukan al-Qur'an, padahal kalaual-Qur'an susunannya dibilang tidak beraturan, tentunya orang akanlebih mudah menyisipkan satu kata ke dalam al-Qur'an, tetapi ternyatasemua tidak ada yang berhasil, baik orang-orang Orientalis maupunorang- orang Indonesia seperti yang pernah terjadi di Padang dan diJogja.

BUMI SEBAGAI ANALOGI

Bila kita cermati bumi yang kita tempati ini, di mana-mana ada gunung,laut, daratan, hutan, danau, emas, batu-bara, mangga, apel, jeruk,durian dan lain sebagainya.

Kalau hukum keteraturan seperti yang diinginkan oleh orang-orang Orientalis dan orang-orang Kristen, maka susunan gunung, daratan,lautan, danau, buah-buahan, hewan yang ada di bumi dapat dikatakansemrawut tidak terkelompokkan.

Padahal susunan bumi yang seperti itulah yang menjadikan kehidupan dibumi ini harmonis dan seimbang baik secara geografis maupun secaraekosistem.

Bisa anda bayangkan andaikata bumi ini diciptakan dengan susunanmenurut otaknya orang-orang Orientalis di mana gunung-gunungditemp atkan di satu tempat, lautan mengumpul di tempat yang lainnya,daratan ditempat yang lain lagi, maka bumi ini akan berhenti berputarkarena kehilangan keseimbangannya. Bukankah ketidakteraturan susunangunung- gunung, lautan, daratan, lembah itulah yang justru menjadikanbumi berputar?.

Bukankah adanya buah-buahan, hewan, ikan dan lain sebagainya diseluruhbelahan bumi ini menjadikan kehidupan dunia ini seimbang dan harmonis,bisa anda bayangkan andaikan di Indonesia ini tumbuh buah durian saja,di Thailan tumbuh beras saja, di Australia tumbuh gandum saja, diAmerika yang ada batu bara saja tidak ada hewan, buah-buahan dan air,maka tidak ada lagi keseimbangan dalam kehidupan di bumi ini.

Seperti yang pernah terjadi pada kaumnya nabi Musa as, di mana mereka tidak bisa tahan dengan satu makanan saja :

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata:"Hai Musa, kami tidak bisa sabar

(tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk

kami kepada Rabbmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang

ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya,

kacang adasnya, dan bawang merah-nya"?? . QS. 2:61

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya

malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna

bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu

dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia

sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengi-saran angin dan awan

yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat)

tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. QS. 2:164

Begitulah Allah SWT menciptakan bumi yang harmonis yang tumbuhbuah-buahan dan menyebarkan bermacam-macam hewan di seluruh belahanbumi ini sehingga tercipta keharmonisan dan keseimbangan.

Seperti itu juga al-Qur'an disusun, ada kisah nabi Adam pada surat AliImran, Al-Mai-dah, al-A'raaf dan seterusnya, begitu juga tentangayat- ayat aklaq, akidah, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya menyebardi beberapa surat. Hanya Allah SWT yang mengetahui secara persi letakketeraturan dan keharmonisan al-Qur'an.

Pada halaman empat terdapat dua contoh penempatan ayat yang sepintasnampak tidak teratur tetapi setelah dikaji justru penempatan tersebutsangat mengagumkan.

CONTOH-CONTOH RAHASIA PENEMPATAN AYAT-AYAT AL-QUR'AN

Mari kita ambil satu contoh ayat dan penempatannya :

Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, QS.2:2

Allah SWT menegaskan pada awal-awal al-Qur'an dengan menyebut bahwaAl-Qur'an adalah kitab yang tidak ada keraguan sedikitpun di dalamnya,padahal Allah SWT bisa saja menyebutkan al-Qur'an sebagai kitab yangAgung, Mulya dan lain sebagainya pada awal-awal al-Qur'an.

Hal ini sebagai jaminan dari Allah dan jaminan harus diletakkan pertamakali agar orang-orang yang ingin mempelajari kandungan al-Qur'an lebihjauh mempunyai keyakinan bahwa al-Qur'an adalah kitab yang isinya tidakada keragu-raguan sedikitpun, jaminan ini diperlukan karena al-Qur'an adalah kitab petunjuk yang tentunya tidak boleh ada keraguan sedikit pun dalam petunjuk tersebut.

Mari kita ambil lagi susunan ayat yang oleh orang-orang Orientalis dan orang-orang Kristen dibilang tidak beraturan :

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, yang diterkam binatang buas,kecuali yang sem-pat kamu menyembelihnya, dan (diharam-kan bagimu) yangdisembelih untuk berhala. Dan (di-haramkan juga) mengundi nasib dengananak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah ke-fasikan.

Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlahkepada- Ku.

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telahKucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadiagamamu.

Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. 5:3

Wahyu-wahyu tersebut tersusun dalam satu ayat, namun wahyu-wahyu tersebut tidak turun dalam waktu yang bersamaan, paragraf ketiga adalahwahyu yang turun terakhir, sementara paragrap pertama, kedua dan keempat turun jauh sebelumnya.

Menurut orang-orang Orintalis dan orang-orang Kristen susunan tersebutamburadul, lihat saja dari paragraf pertama yang bicara soal halal haram langsung loncat ke masalah tidak boleh takut kepada orang-orang kafir pada paragraf kedua, lalu disusul tentang kesempurnaan agama dannikmat lalu loncat ke masalah makanan.

Sepintas sepertinya benar tuduhan mereka tentang ketidak-teraturan susunan al-Qur'an, tetapi justru susunan tersebut sangat teratur dan harmonis, lihat keteraturan ayat tersebut berikut ini :

Bahwa nabi Muhammad saw diutus untuk memperbaiki aklaq manusia dimana mereka saat itu salah satunya adalah terbiasa memakan bangkai,mencekik hewan untuk dimakan supaya nikmat karena ada darahnya,mengundi nasib, seperti paragrap pertama.

Terhadap misi Rasulullah tersebut orang-orang kafir berusaha menghalang- halangi, lalu Allah memberikan kemenangan atas Rasulullah sehingga orang-orang kafir berputus asa untuk menghalangi misiRasulullah tersebut, seperti paragraf kedua.

Atas kemenangan tersebut Allah SWT menurunkan wahyu -wahyu yang terakhir kali turun- bahwa telah sempurna agama dan nikmat yang Allah berikan seperti yang termuat dalam paragraf ketiga,

Kemudian dalam paragraf ke empat di terangkan bila karena syariat AllahSWT (hukum halal-Haram) orang menjadi kelaparan dan memakan yang haramkarena terpaksa maka Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Bukankah susunan seperti itu adalah susunan seperti gunung-gunung, daratan, lautan, hutan yang menyebar di seluruh permukaan bumi, yangterkesan tidak teratur tetapi sejatinya harmonis dan seimbang.

Bukankah susunan ayat tersebut terkesan tidak teratur tetapi sejatinya sangat sempurna dan mengagumkan susunannya sebagai petunjuk hidup ?,seperti itu juga ayat-ayat lainnya di susun pada tempat dan urutan yangsangat tepat.

Semoga tulisan ini dapat menambah keimanan kita akan kemurnian Al-Qur'an. Amin.




Jangan Lupa Komentar Ya ...

Baca Lebih Lengkap Disini......

Takdir, Hidayah dan Kehendak Bebas

Antara Takdir, Hidayah, Kehendak Bebas, serta Cerita Musa dan Khidir

Sebelumnya, tolong diperhatikan! Tulisanku ini, sumpah, kubuat nggak sambil nyontek kitab apapun yang ada tulisan Arabnya. Jadi otomatis, kalau berharap bakal menemukan dalil-dalil atau teks dengan tulisan Arab di tulisanku ini, waduh, anda salah sambung, mas, mbak. Sekali lagi, aku sudah memperingatkan bahwasannya tulisanku ini kubuat benar-benar menggunakan akalku yang sudah diberikan Tuhanku kepadaku, sekaligus pengen menegaskan kalo menurutku posisi akal bukanlah di bawah sekumpulan teks dengan tulisan-tulisan Arab itu, hohoho…

Posisi akal, lagi-lagi menurutku, haruslah beriringan dengan dalil, karena dengan akallah maka kita bisa menafsirkan maksud sebuah dalil. Dalil tidak harus ditafsirkan dengan “menurut kata ulama ini” atau “menurut kata kyai itu”, atau malah ditafsirkan dengan didasarkan pada kepasrahan buta pada arti tekstual tulisan Arab tersebut (padahal kupikir, tata-bahasa Arab pun pasti juga mengenal majas-majas). Semua ini tentunya karena ulama-ulama atau kyai-kyai itu bisa saja salah atau malah memang berniat mempelintir sebuah dalil untuk kepentingan diri atau golongannya sendiri. Waspadalah, karena kita tidak akan pernah bisa benar-benar tahu isi hati orang lain. Dunia ini penuh dengan muslihat, saudaraku.

Bayangkan dong, betapa kecewanya Yang Memberi kita akal kalau ternyata kita malah tidak memanfaatkan akal kita dalam menerjemahkan permintaan-Nya. Nah, apakah Anda kecewa bahwa tulisan ini tidak ada teks Arabnya dan berniat tidak meneruskan membaca? Monggo, nggak pa-pa, kok. Dan apakah Anda bakal nekat meneruskan membaca tulisan ini? Terima kasih. Tapi sudah kuingatkan, lho, kalau di tulisanku bakal tidak ada sedikitpun tulisan dengan teks Arab.

Oke, balik pada judul!

Jadi ceritanya begini, sobat. Kadangkala (atau bahkan sering) aku agak “terganggu” dengan kalimat-kalimat seputaran takdir, ketentuan-ketentuan Tuhan, dan hidayah. Sangat sering aku mendengar kalimat-kalimat, seperti:

“Bunuh diri itu dosa, karena bunuh diri itu merusak takdir Tuhan.”

Atau, “Yah, kita tidak bisa memaksa. Hidayah itu, kan, sepenuhnya terserah Tuhan.”

Atau lagi, “Hidup manusia itu sudah digariskan oleh Tuhan bagaimana jalannya. Nggak usah terlalu ngoyo.”

Nah, seperti itu. Tapi sebentar dulu, sahabat-sahabatku yang setia. Jujur, aku nggak sreg dengan pernyataan-pernyataan seperti itu. Pada kalimat pertama, jelas sekali kalau berarti ternyata sebuah ketentuan Tuhan bisa dirusak oleh makhluknya dengan mudahnya. Aku nggak setuju. Di mana kita letakkan sifat ke-maha-an Tuhan kalau ternyata makhluknya sendiri bisa dengan mudah merusak skenarionya?

Kalimat kedua aku lebih nggak setuju. Hidayah memang milik Tuhan, tapi bukan berarti kita bisa sewenang-wenang setuju kalau kita hanya bisa pasrah terhadap keadaan yang seperti itu.

Dalam konteks aku sebagai seorang muslim, aku berpendapat sangatlah tidak adil jika kita berpendapat hidayah itu hanya diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki oleh Tuhan. Itu artinya sama saja berarti bahwa akhir hidup kita ini sudah ditentukan bagaimana hasilnya oleh Tuhan. Sama saja berarti Tuhan sudah menentukan siapa saja yang bakal masuk neraka dan siapa saja yang bakal masuk surga.

Kalau sudah seperti itu, lalu apa gunanya kita beribadah siang-malam-pagi-sore-subuh-dzuhur-ashar-maghrib-isya’ kalau ternyata kita sudah digariskan sebagai penghuni neraka? Silakan saja kita meniduri semua lawan jenis yang membuat syahwat kita bergejolak kalau kita sudah ditakdirkan sebagai penghuni surga. Jadi, di mana kita taruh sifat ke-maha-adil-an Tuhan kalau kita berpendapat akhir hidup kita sudah ditentukan hasil akhirnya?

Kalimat yang ketiga… Halah, kelamaan kalau aku membahas arti kalimat-per-kalimat satu demi satu. Enaknya aku langsung membahas saja perihal takdir ini menurut otakku. Dan sepertinya, maksud ketidak-setujuanku terhadap kalimat ketiga bakal bisa terjelaskan sembari membaca tulisan ngawurku ini.

Pertama-tama, aku masih yakin dengan pendapatku bahwa Tuhan sudah memberi sebuah anugerah kepada manusia berupa sebuah hak prerogatif untuk memilih dan menentukan hidupnya di dunia ini. Ini sebuah karunia yang luar biasa! Aku berpendapat Tuhan seolah-olah berkata kepada kita, “Play your own games!” Kita seolah-olah boleh berpendapat, “Akulah tokoh utama dalam kehidupan ini.”

Lalu, aku berpendapat bahwa sebenarnya ada banyak – dan bahkan mungkin kita tidak sanggup menghitung – skenario alternatif dalam hidup kita yang disiapkan oleh Tuhan. Dari sekian banyak skenario altrnatif itu, di ujung skenario itu menantilah sebuah konsekuensi bagi kita yang berlaku mutlak sesuai jalan cerita yang kita pilih. Itulah menurutku yang dinamakan sebagai “takdir”!

Intinya: Akulah yang menentukan jalan cerita hidupku sendiri, menuju sebuah konsekuensi akhir yang ditetapkan Tuhan atas pilihanku.

Masih bingung? Nggak pa-pa. Itu wajar. Setiap orang toh punya tingkat intelegensia yang berbeda-beda. Ada yang sudah bisa menangkap maksud tulisanku, ada juga yang berpikir, “Si Joe kie edan! Kie jan-jane bocahe meh nulis opo tho? Conthongan kok ora nggenah!”

Tenang saja, saudaraku. Walaupun belum bisa menangkap maksudku, tapi bukan berarti aku beranggapan bahwa tingkat intelegensia kalian berada di bawahku. Setiap orang punya kecepatan pemahaman yang berbeda-beda terhadap suatu hal yang berbeda. Misalnya saja, dalam disiplin ilmuku, aku tidak mempunyai daya serap dalam mempelajari hal baru secepat Pramur atau Agro atau Bram atau Hanan atau Tantos. Tapi aku yakin, dalam perkara menaklukkan hati wanita, aku lebih dahsyat dibandingkan mereka, kakakakaka!

Maka, untuk mengatasi kebingungan bagi yang bingung, tolong perhatikan gambar-tidak-saru di bawah ini:

Nah, zona pertama dari gambarku itu aku namakan sebagai “the way”. Isinya adalah pilihan-pilihan dari sekian banyak skenario alternatif yang diberikan Tuhan. Kita hanya bisa bergerak ke kanan terus - setelah menentukan pilihan atas percabangan garis atawa jalan mana yang mau kita tempuh – tanpa bisa mengulang kembali, sampai pada akhirnya kita mencapai sebuah “hasil” di zona kedua yang ditentukan mutlak oleh Tuhan. Tapi mohon diingat, kalau kita tidak akan pernah tahu hasil apa yang ditetapkan Tuhan untuk kita. Kita hanya bisa memprediksi dan meraba. Dan tentunya flowchart milik Tuhan tidaklah sesederhana gambarku.

Zona pertama adalah hak prerogatif kita untuk menentukan, sedangkan zona kedua adalah mutlak keputusan Tuhan.

Dalam memilih suatu skenario, pastilah kita dihadapkan lagi pada cabang-cabang. Dan pada setiap cabang yang sudah kita tentukan, kita bakal dihadapkan pada cabang-cabang lagi, dan cabang lagi, dan cabang lagi. Karena itu, nggak ada yang salah dengan pendapat “hidup itu penuh dengan pilihan.”

Untuk studi kasus, kita misalkan saja ada seorang pemuda tampan bernama Anindito. Anindito suatu saat dihadapkan pada pilihan, mau kuliah di UGM menuruti hawa nafsunya menantang dunia komputer, atau tetap di UNS saja menggeluti bidang yang selama ini memang menjadi hobinya? Jika pilih UGM, maka di ujung jalan sana menanti sebuah takdir yang sebelumnya tidak pernah diketahui oleh Anindito bahwa dia akan jatuh melarat gara-gara tidak sanggup membayar SPP. Jika memilih UNS, dia bakal sukses karena hobinya memang di situ. Anindito memilih UGM itu adalah pilihannya sendiri, bukan Tuhan yang menentukan. Tapi perkara dia akhirnya jatuh melarat itu adalah takdir Tuhan. Itu adalah sebuah konsekuensi mutlak dari Tuhan atas pilihan yang ditetapkan oleh sang pemuda tampan itu. UGM itu the way-nya, melarat itu hasilnya.

Sampai di sini aku yakin kita semua sudah mengerti maksud tulisanku.

Kembali pada pertanyaan-pertanyaan di atas tadi. Sesuai dengan rumusan ngawur yang baru saja aku temukan (sebenarnya bukan baru saja. Tapi sejak kemarin ketika aku bersemadi sore-sore di kamar mandi), pertanyaan pertama tentang bunuh diri bisa kita jabarkan sebagai berikut:

Mati adalah sebuah “hasil” dan bunuh diri sebuah “the way”. Bunuh diri bukanlah sebuah perbuatan merusak takdir, karena yang disebut sebagai takdir adalah kematian yang memang sudah ditentukan oleh Tuhan atas pilihan seseorang untuk bunuh diri. Dan dalam konteks Islam, bunuh diri juga mengakibatkan konsekuensi tambahan yang berupa sebuah dosa.

“Tapi ada juga orang yang mencoba bunuh diri tapi nggak mati. Itu kan artinya Tuhan mentakdirkan dia belum mati, padahal dia sudah memilih jalan yang seharusnya mengakibatkan kematian, yang tadi dibilang berlaku mutlak. Artinya, ini tidak sesuai dengan rumusan yang tadi diberikan, bahwa setiap jalan yang ditempuh akan menghasilkan sebuah konsekuensi yang berlaku mutlak. Artinya lagi, Tuhan ternyata memang mengatur pilihan manusia sesuai dengan skenarionya. Coba Mas Joe yang tampan sekali ini menjelaskan tentang hal ini?!”

Oke, jadi begini: Seperti yang sudah kutulis tadi, dalam setiap jalan kita akan dihadapkan pada percabangan jalan lain yang harus kita pilih, dan begitu terus menerus sampai takdir kita terungkap.

Dalam kasus “bunuh diri tapi nggak mati” itu, kita asumsikan saja kalau si pelaku setelah memilih jalan bunuh diri dihadapkan lagi pada pilihan mau gantung diri ataukah mau minum bagyo, aeh, baygon. Setelah akhirnya dia memutuskan minum baygon, dia dihadapkan lagi pada percabangan pilihan antara yang dosis oplosannya murni atau campuran. Dan akhirnya dia memilih untuk meminum yang oplosannya campuran (dari sinipun bisa banyak lagi kemungkinan pilihan. Apakah dicampur kopi, campur sirup, campur teh, atau dicampur vodka sekalian). Setelah memilih oplosan campuran, dia masih dihadapkan lagi pada pilihan dengan kadar campuran 10%, 30%, 60%, ataukah 90%. Nah, karena ternyata dia memilih yang kadarnya 10%, maka konsekuensinya dia tidak mati. Seandainya dia memilih dosis murni sejak awal, maka bisa saja dia mati seketika.

Memang, dalam “the way” itu percabangan pilihannya rumit sekali. Penuh dengan “kalau” dan “seandainya”. Makanya kubilang, flowchart milik Tuhan tidaklah sesederhana yang kugambarkan. Tapi yang pasti, konsekuensi akhir itu merupakan mutlak kehendak Tuhan. Kita hanya berhak memilih suatu jalan sampai pada akhirnya konsekuensi pilihan kita terungkap.

Ini sama halnya dengan masalah hidayah di atas itu juga. Ada yang bilang, nyatanya paman Nabi tercinta saja sampai akhir hayatnya tidak masuk Islam karena Tuhan tidak memberikan hidayah-Nya. Menurutku itu salah besar. Kita tidak berhak mengambil kesimpulan seperti itu karena kita tidak tahu jalan apa yang sebenarnya dipilih di dalam hati paman Nabi tersebut. Mungkin saja paman Nabi memilih tidak mau mempelajari Islam sehingga konsekuensinya hidayah itu tidak turun-turun. Jika saja paman Nabi memilih mempelajari Islam, besar kemungkinannya dia bakal memperoleh hidayah sebagai konsekuensi pilihannya. Belajar atau tidak belajar itu the way-nya, sedangkan hidayah itu adalah hasil jika kita memilih untuk belajar. Dan sekali lagi, flowchart Tuhan tidak sesederhana yang aku gambarkan.

Makanya, aku meragukan keabsahan cerita Nabi Musa berguru pada Nabi Khidir itu. Ceritanya, Musa ingin belajar kepada Khidir yang konon diberikan karunia kesaktian luar biasa oleh Tuhan, dan karunia weruh sakdurunge winarah (tahu tentang hal yang akan terjadi kemudian). Tapi Khidir memberikan syarat, Musa tidak boleh mempertanyakan apapun tindakan Khidir sepanjang perjalanan pembelajarannya. Banyak kejadian aneh yang dialami Musa bersama Khidir yang membuat Musa terheran-heran. Tapi Musa menahan rasa ingin tahunya, sampai pada akhirnya Khidir membunuh seorang bayi yang baru lahir.

Sampai di sini batas kesabaran Musa. Serta-merta dia lupa janjinya dan mempertanyakan perbuatan Khidir yang ganjil. Khidir pun menjawab, “Bayi itu, kelak ketika besar akan menjadi seorang penjahat dan anak yang durhaka kepada orang tuanya. Maka lebih baik kubunuh sekarang.”

Aku sangat tidak setuju dengan cerita itu! Seandainya moral cerita itu benar, itu sama saja dengan mengklaim bahwa setiap bayi yang baru lahir sudah ditentukan bakal masuk surga atau neraka. Itu sama saja tidak ada gunanya berbuat baik di dunia kalau ternyata kita sudah ditetapkan sejak awal sebagai penghuni jahannam!

Tentang tidak usah terlalu ngoyo pada pertanyaan ketiga pun ternyata bisa dinalar secara sederhana. Anggap saja ada seorang laki-laki ingin menikah. Tapi dia tidak pernah mau berusaha mendekati wanita dan cenderung menjauhi wanita (dengan alasan takut zina, misalnya). Setiap mau dikenalkan kepada wanita oleh temannya, dia menolak. Ya, sampai kapanpun dia tidak bakal pernah menikah kalau begitu caranya. Orang yang mau menikah, setidaknya pasti mengenal kulit luar orang yang akan dinikahinya. Kalau menghindar terus, ya jelas aja nggak bakal berhasil. Itu gunanya ikhtiar. Ikhtiar atau menghindar itu the way-nya, dan menikah atau menjomblo seumur hidup itu hasilnya.

Oke, sampai di sini kuharap sidang pembaca yang terhormat sudah bisa menangkap maksud yang kusampaikan. Kalau masih belum jelas juga, waduh, aku bingung harus menjelaskan dengan bahasa yang bagaimana lagi. Jujur, aku memang tidak memiliki kemampuan menjelaskan yang bagus.

Yah, apapun itu, manusia memang cuma bisa berusaha sampai takdirnya terungkap. Karena itu aku menyukai film “The Last Samurai”, meskipun nanti ada yang bakal berfatwa, “Jangan mendasarkan pada pemikiran orang kafir,” padahal dia nggak sadar kalau komputer yang dipakainya juga hasil pemikiran orang kafir. ;)
Ralat dan tambahan: Artikel ini benar-benar kubuat tanpa mengecek surat Al Qahfi di Al Qur’an terlebih dahulu. Ternyata cerita tentang Musa dan Khidir pernah disebutkan dalam ayat 65. Jadi, otomatis pernyataanku yang mempertanyakan keabsahan cerita itu kugugurkan sekarang.

Sebagai gantinya, aku sekarang berpendapat bahwa ayat tersebut kemungkinan masuk dalam perkara nasikh-mansukh (kedudukan hukumnya menggantikan dan digantikan ayat lainnya).

Mungkin saja, kejadian tersebut relevan dengan keadaan umat Musa. Tetapi seperti halnya Injil-nya Isa dan Zabur-nya Daud, Taurat-nya Musa pun - dalam konteks Islam - disempurnakan dengan Al Qur’an, karena beberapa hal yang sudah tidak logis dan relevan untuk diterapkan pada umat Muhammad SAW, umat akhir zaman. Al Qur’an, menurutku, bukan sekedar memuat hukum-hukum yang mengikat umat Islam, tetapi juga berisi cerita-cerita dari kitab terdahulu untuk diambil hikmahnya bagi umat Muhammad. Dan mungkin saja perkara Khidir dan Musa di surat Al Qahfi “hanya”lah sekedar cerita yang untuk diambil hikmahnya.





Jangan Lupa Komentar Ya ...

Baca Lebih Lengkap Disini......