Friday 6 June 2008

Siapakah Lutung Lasarung ???


Legenda Raden Kamandaka , tidak hanya dkenal di wilayah Banyumas, tapi sangat terkenal di tatar Sunda. Orang Banyumas menyebutnya sebagai Babad Pasir Luhur. Yang juga dikenal sebagai legenda lutung Karung.
Raden kamandaka bukanlah nama aseli. Yang aslinya adalah arya Banyak Cotro, putra prabu Dewa Niskala Raja Pajajaran (Kawali).
Jaman dulu kala, di tanah Jawa bagian barat ada kerajaan besar dan kuat yang memiliki wilayah sampai dengan Jawa Tengah. Kerajaan itu adalah kerajaan Hindu Pejajaran. Sang Nata memiliki 2 orang putra yang pertama adalah arya Banyak Cotro dan adiknya arya Banyak Ngampar. Keduanya ditinggal wafat oleh ibunya sejak usia dini.
Selepas permaisuri wafat, san g nata Prabu Dewa Niskala menikah lagi dengan Dewi Kumufaningsih dan kemudian memiliki anak bernama arya Banyak Blabur dan Dyah Ayu Pamekas. Pada saat mempersunting Dewi Kumuda ningsih, sang dewi mengajukan syarat, yakni kelak jika anak yang lahir adalah laki-laki maka dialah yang akan menjadi penerus Pejajaran (kawali).
Sebagai Raja yang bijaksana , Prabu Dewa Niskala mengangkat putra Mahkota sebagi penerusnya nanti. Tetapi kedua putra2nya arya Banyak Cotro dan arya Banyak Ngampar, tidak bersedia. Dengan alasan belum siap. Sedangkan alasan lain bahwa belum siap karena belum mempunyai istri.
Arya Banyak Cotro didesak oleh ayahnya, sehingga sulit untuk mengelak. Ahirnya arya banyak Cotro mau menjadi Putra Mahkota, dengan syarat dirinya harus menikah dulu, Dan calon istri yang akan dinikahi adalah yang wajahnya mirip dengan ibu kandungnya.
Prabu Dewa Niskala memang punya banyak keturunan. Di antaranya yang dikenal adalah Dyah Ayu Ratu Pamekas atau nama lainya adalah Ratna Ayu Kirana (ank bungsu), yang dinikah oleh Raden Baribin (Syeh Baribin yg dimakamkan di gunung Grenggeng,Pucangan Gombong). Yang masih keturunan Majapahit. Putra dari Raden JokoKahiman.
Raden banyak Cotro mengembara untuk mencari istri idamana yang wajahnya sama dengan wajah almarhum ibunya. Mengembara kearah timur melewati gunung Tangkuban Perahu. Ditempat itu arya Banyak Cotro menghadap seorang pendeta Ki Ajar Winarong untuk menuntut ilmu kanuragan untuk bekal dalam pengembaraan. Ki Ajar Winarong menjadi guru arya Banyak Cotro dan mengganti nama dengan nama sudra yaitu Kamanda.
Dalam pengembaran, Kamandaka (arya Banyak Cotro) sampai di kadipaten Pasir Luhur dan diterima sebagai abdi dalem kepatihan oleh patih Reksonoto di Pasir Luhur. Karena dasarnya Kamandaka adalah seorang trah kesuma (bangsawan).Ianya menunjukan pekerti yang sangat baik disbanding dengan abdi dalem lain yang berasal dari kasta sudra. Sehingga Patih Reksonoto berkenan mengangkat Kamandaka sebagai anak angkat.
Bupati Kadipaten Pasir Luhur adalah Kandandoho, Semua putri2nya sudah menikah. Kecuali yang bungsu Dewi Ciptarasa. Sangat kebetulan paras dewi Ciptarasa sangat mirip dengan ibu kandung Kamandaka (arya Banyak Cotro). Kamandaka yang telah diangkat menjadi anak oleh Patih Reksonoto jelas sudah menjadi kerabat istana dan sudah bolak balik melihat wajah dewi Ciptarasa. Dan dia yakin bahwa sang dewi adalah calon istri yang di idam2kan.

Kesempata besar bagi Kamandaka untuk dekat dengan dewi Ciptarasa, karena di Kadipaten Pasir luhur ada semcam tradisi. Yaitu tardisi memancng ikan dalam setiap tahun di kali Logawa. Kesempatan ini tidak di sia-siakan. Dengan memohon kepada Sang Widi Tunggal Kamandaka untuk diijinkan mempersunting dewi Ciptarasa. Dalam pertemuan tradisi memancing di kali Logawa benih cintapun tumbuh diantara keduanya.

Karena beda status, maka pertemuan cinta mereka berdua dilakukan dengan tanpa sepengetahuan kedua orang tua mereka. Kamandaka acap kali menyusup ke keputren untuk sekedar bertemu dengan dewi Ciptarasa.
Maka pada suatu hari, Kamandaka menemui apesnya. Ketika Kamandaka menusup ke keputren dipergoki oleh penjaga pengawal keputren dan disangka sebagai maling yang akan mencuri di Keputren. Sang pengawal lapor kepada bupati, dan segera sang bupati memerintahkan untuk menangkap maling tersebut. Para prajurit gagal menangkap maling, karena maling yang akan ditangkap ternyata memiliki ilmu beladiri yang tangguh.
Namun salah seorang prajurit semat mengenali bahwa maling tersebut adalah Kamandaka. Kamandaka dipanggil ke istana kadipaten Pasir Luhur untuk diminta keterangan. Dan Kamandaka berterus terang bahwa dia memang akan pergi keputren untuk bertemu dengan dewi Ciptarasa namun dipergoki penjaga langsung diserang oleh prajurit karena disangka maling. Kejujuran Kamandaka menceritakan kesemua hal yang berkaitan dengan hubungan cintanya dengan dewi Ciptarasa inilah yang menyebabkan sang Bupati marah besar.
Dengan mengatakan bahwa tindakan Kamandaka tidak patut menyambangi putri Bupati ditengah malam hari. Untuk kesalahan itu kemudian Kamandaka di usir dari Kadipaten Pasir Luhur.

Dengan hati yang hancur luluh. Kamandaka berjalan tanpa arah tujuan mengikuti alir kali. Dan akhirnya tiba dipinggir desa dan berkenalan dengan seorang desa yang bernama Rekajaya. Desa itu adalah Desa Penagih. Didesa ini Kamandaka menjadi anak angkat seorang janda miskin mbok Kektosuro. Janda miskin ini hidup dari menjual ayam. Dari sinilah Kamandaka memiliki keahlian untuk menilai ayam sabung yang bagus. Dan akhirnya dia menjadi botoh (tukang) sabung ayam. Kamandaka memilik ayam aduan yang tak terkalahkan di sekitar desa itu. Ayam itu dinamakan dengan ki Mercu.
Cerita kehebatan ayam sabung ki Mercu dari desa Penagih terdengar sampai ke Pasir Luhur. Dan Adipati Pasir Luhur yang masih merasa Jengkel dengan Kamandaka memerintahkan untuk menangkap Kamandaka mati maupun hidup. Alasanya Kamandaka masih berada di desa Penagih yang masih masuk dalam wilayah Pasir Luhur. Artinya Kamandaka melanggar perintah Adipati yang mengusir dia keluar dari wilayah Pasir Luhur.

Sementara suasana di Pasir Luhur masih ribut soal cara menangkap Kamandaka. Ternyata ada seorang pemuda yang mengajukan diri. Orang muda itu bernanma Silihwarni dari Pejajaran yang sedang merantau. Setelah melalui beberapa ujian, Kemudian adipat Pasir Luhur menerima kesenanggupan Silihwarni untuk menangkap Kamandaka. Sebenarnya perantauan Silihwarni sampai ke Pasir Luhur adalah menerima perintah dari Dari Ayahandanya prabu Dewa Niskala untuk mencari kakaknya arya Banyak Cotro. Dan khabar dari pertapa di Gunung Tangkuban perahu, bahwa arya banyak Cotro pergi kearah timur tepatnya ke Pasir Luhur. Agar leluasa gerakanya arya Banyak Ngampar menyamar sebagai sudra dengan menggunakan nama Silihwarni.

No comments:

Post a Comment